THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Ingat!!!!

Janganlah manfaatkan negaramu untuk hidupmu, tapi abdikanlah hidupmu untuk negaramu!!!

WASPADA !!!!

JADILAH KHALIFAH BAGI DIRIMU SENDIRI.

JANGAN PERNAH PERCAYA KEPADA SIAPAPUN BAHKAN KEPADA BANGSA DAN NEGARAMU SEDIRI, TAPI PERCAYALAH KEPADA TUHAN DAN AGAMAMU SERTA APA YANG DIPERINTAHKAN.

Jumat, 01 Februari 2008

Cerpen Karyaku

KECEPATAN
Oleh: Faddillah P R

Banyak orang yang mempunyai berbagai macam kegemaran , beberapa diantaranya adalah mengadu kecepatan di malam hari. Kebanyakan hobi ini dilakoni anak muda yang suka menguji adernalin. Salah satunya adalah Rama, seperti biasanya dia bersama anak muda lainnya berkumpul di ruas jalan lingkar timur yang masih dalam tahap penyelesaian di sebuah kota besar. Lintasan ini terbilang cukup untuk komunitas balap liar seperti ini, walaupun seringkali polisi mengadakan penertiban. Tiap akhir pekan Rama bersama temannya yang bernama Kharisa selalu datang ke tempat ini.
“Ram, gimana sudah siap apa belum?”
“Ya jelas sudah lah. Kalau belum mana mungkin aku datang ke sini.”
“Menurutmu malam ini kamu bakal menang apa nggak?”
“Aku gak yakin Ris, emang sih mobil yang aku pakai udah kenceng larinya
Tapi kan aku belum tahu mobil yang lain kayak apa, iya kan?”
“Iya sih, tapi kali ini kamu harus menang. Ingat, kalau kamu menang kamu
bakal dapat promosi ke kelas professional dan prestise klub kita ada di
tanganmu. Buktikan kalau kamu mampu Ram!”
Rama dan Kharisa adalah anggota salah satu klub balap “underground” yang bermarkas di luar kota. Untuk membiayai aktifitasnya klub ini juga membuka usaha modifikasi mobil. Dan karena anak baru di sini, Rama ditempatkan sebagai “test driver”
Walaupun masih baru di balap mobil, sebenarnya Rama sudah bergabung di klub ini sejak lama di komunitas motor. Rama bergabung dengan klub ini melalui teman wanitanya yang saat ini entah di mana. Bergabung di sini bukan karena kehendaknya
tapi karena nalurinya dan materi. Dari sini dia mendapatkan segalanya, mulai dari jati diri hingga kebebasan yang tak pernah di dapatkan dari keluarganya. Keberadaannya di klub ini tidak diketahui oleh keluarga dan teman-temannya karena ia memang sengaja merahasiakan hal ini dengan tujuan agar ia bebas melakukan apa saja sesuka hatinya dengan begini Rama hidup di dua lingkungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi dia hidup di lingkungan yang penuh dengan keteraturan, di sisi lain dia hidup di lingkungan yang memberinya banyak kebebasan. Namun tiga tahun lalu Rama keluar karena kegagalan berprestasi dan juga kematian yang dialami rekannya. Padahal dulu dia sempat merasakan sengitnya persaingan balap motor “road race” kelas NV-2.Untuk itu Rama memutuskan untuk konsentrasi ke sekolahnya karena latar belakangnya adalah seorang pelajar. Kini Rama telah kembali untuk menerima tawaran dari pemilik klub yang menjanjikan materi dan jenjang karir yang lebih tinggi.
Saat Rama melakukan pengecekan bersama teknisi mobilnya, ia didatangi salah satu pengurus klubnya. Malam ini semua orang di klub itu berharap Rama menang agar klub mendapat dana dari sponsor.
“Ram, bisa ngomong sebentar nggak?”
“Iya mas, ada apa? Kok kayaknya penting?”
Kemudian keduanya duduk berdampingan menghadap kearah mobil Mitsubishi Lancer Evo 5 yang sedianya akan dipacu Rama malam ini. Rama tertunduk ketika teringat beban yang ada pada dirinya untuk memenangkan balap malam ini.
“Bagaimana Ram persiapannya menurutmu?”
“Makasih mas, aku nggak nyangka persiapan buatku sampai kayak gini
Sampai-sampai aku diperlakuin kayak pembalap pro segala.”
“Begini Ram, semua racer kita di kelas pro udah gugur dan satu-satunya harapan
kita cuma kamu di kelas pemula. Makanya kita kasih yang terbaik buat kamu
“Ooo, jadi gitu. Aku bakal berusaha ngasih yang terbaik buat klub ini mas.”
Setelah keduanya ngobrol begitu lama, salah satu teknisi mengingatkan Rama untuk segera bersiap-siap. Mobil telah selesai dicek ulang dan kini saatnya Rama bersiap di garis start. Rama berjalan menuju mobil sambil memegang foto kekasihnya yang akan dipajang di atas dasbor mobil. Rama selalu memajang foto kekasihnya yang telah lebih dari setahun dicintainya, Rama ingin selalu berada dekat dengan kekasihnya itu. Ketika Rama membuka pintu dan hendak masuk ke mobil, Kharisa memanggilnya Rama menghentikan langkah lalu Kharisa memberikan satu kecupan di kening Rama.
“Ram, good luck ya.” Itulah yang diucapkan Kharisa untuk mensuport Rama.
“Thanks ya Ris.” Balas Rama sambil memegang kepala Kharisa.
Lalu Rama masuk ke dalam mobil dan bersiap di belakang garis start, dengan hati yang resah Rama berusaha meyakinkan diri bahwa dia akan melalui malam ini dengan membawa kemenangan. Segera setelah juri memberikan aba-aba start Rama langsung tancap gas dan melesat meninggalkan mobil lawan. Dengan finis 1,338 detik di depan lawannya Rama adalah pembalap yang patut diperhitungkan oleh lawan-lawannya. Di lintasan lurus sepanjang 400 meter ini Rama bukanlah orang baru, dengan pengalamannya sebagai test driver Rama sering memacu mobil diatas rata-rata.
Dua babak penyisihan telah di laluinya dan kini Rama berada satu langkah lagi menuju final. Untuk menambah performa mobilnya Rama meminta teknisinya untuk memasang “turbo charged” agar tenaga yang dihasilkan menjadi lebih besar. Dengan demikian peluang untuk menang akan semakin besar pula. Teknisinya pun menyetujui pemasangan alat ini.
“Kamu masih nggak yakin kalau kamu bakal menang malam ini?”
“Bukannya aku ga yakin Ris, tapi aku takut aja kalau seandainya aku kalah
prestise klub ini pasti bakal turun. Soalnya cuma tinggal aku harapan klub kita
aku nggak mau ngecewain orang-orang Ris.”
“Aku tahu perasaanmu.Ya wajar lah setiap orang takut kalah, meskipun kamu
kalah toh juga nggak ada yang yang nyalahin kamu, tapi coba pikir kalau kamu
menang pasti semua orang bakal ngehargain kamu dan seandainya kamu mau
ngasih tahu ke cewekmu pasti dia bangga banget.”
“Ya, mungkin aja. Tapi aku nggak mau bikin dia cemas.”
“Enak ya cewekmu.”
“Enak kenapa?”
“Ya enak lah, punya cowok kayak kamu. Udah anaknya baik, suka bantu temen
nggak nakal lagi, kurang apa sih kamu?”
“Makasih ya Ris, kamu emang temenku yang paling baik. Seandainya kalau
Vino masih ada mungkin dia juga bangga punya cewek kayak kamu.”
“Iya Ram, sampai sekarang aku masih nggak bisa nglupain Vino. Kalau dulu
kecelakaan itu nggak ada pasti sekarang Vino bangga bisa lihat kamu di sini.”
“Aku juga bangga pernah punya temen kayak Vino.”
“Udah buruan sana istirahat dulu, nanti kalau udah giliranmu aku kasih tahu.”
“Iya deh.”
Tak lama kemudian Rama diberitahu bahwa sebentar lagi tiba gilirannya, maka segeralah ia memeriksa persiapan mobilnya. Dengan penuh harap Rama berdoa agar ia melaju ke babak selanjutnya. Tidak seperti biasanya kali ini Rama sangat gelisah, untuk mengurangi rasa gelisahnya Rama bermaksud menghubungi kekasihnya tapi entah mengapa malam itu kekasihnya sulit sekali dihubungi. Tentu saja hal ini tambah membuat hatinya gelisah. Setelah merasa siap Rama masuk ke dalam mobil dan menempatkan diri di belakang garis start. Di dalam mobil sebelum start dimulai Rama memandangi foto kekasihnya yang terpajang diatas dasbor sambil di dalam hati Rama meminta restu kekasihnya itu.
Setelah start dimulai mulanya semua berjalan dengan lancar, kedudukan saat ini Rama memimpin. Namun setelah memasuki 100 meter terakhir hal yang tidak diingankan terjadi. Tiba-tiba mesin mobilnya terbakar yang menyebabkan mobilnya tergelincir hebat ditengah lintasan. Rama tidak bisa mengendalikan arah laju mobilnya, akhirnya mobil terhenti setelah menabrak dinding pembatas jalan. Rama pun segera keluar dari dalam mobil, untung saja Rama tidak mengalami luka. Teman-temannya berusaha membantu memadamkan api yang menyala di dalam kap mesin.
Mungkin ini akhir yang tidak diharapkan Rama dan teman-teman tapi mereka harus menerima kenyataan yang ada. Langkahnya dihentikan oleh kerusakan mesin mobilnya. Memang tidak ada yang dapat disalahkan dalam musibah ini namun Rama merasa bersalah dengan kejadian ini. Akhirnya kekhawatirannya terbukti, kali ini ia pulang tanpa kemenangan.
“Udah lah Ram nggak usah dipikirin.”
“Tapi aku nggak enak Ris sama temen-temen.”
“Mendingan sekarang kita pulang aja deh, gimana? Besok kan kamu sekolah.”
“Ya udah deh, pulang aja yuk.” Dengan penuh rasa kecewa Rama menuruti ajakan Kharisa untuk pulang.

0 komentar:

Optimis!!!